Jumat, 04 Juli 2014

0 Serat Kelana (Adopted from "Dedes : Queen Over The Land of Tumapel" Novel)

Kau datang dalam beribu bayangan bawa pesan berjuta makna.
Kau datang dalam beribu bayangan dan kulihat lagi berjuta kisah.
Dan aku tak mampu berhenti hingga kuterima seribu kisah cinta.
Di situ kulihat engkau pun ada.
Beriring kita bernyanyi tentang cinta yang tak bisa mati.
Aku dan kamu selalu ada.
Kutahu kisah kita ini terbaca disetiap rasa.
Kini kita kembali bersama rajut kisah dan terbawalah aku.
Aku pun pulang
meskipun
...dia pernah berkata padaku...
...sedasa wangsa yang akan datang akan sangatlah berbeda
antara aku dan dirimu...
Semula tak aku tahu mengapa.
Semula tak aku mengerti kenapa
Semula tak aku pahami ada apa.
Sampai tiba-tiba suatu ketika datang sebuah kisah...
kisah dirinya kini dan nanti seumpama gambar hitam putih.
Aku pun bertanya...hei siapa dirimu bergitu gelapnya?
Ia hanya mengangguk dagu menunjuk pada kisah putihnya.
Aku pun bertanya...hei siapakah dirimu begitu terangnya?
Ia hanya menundukkan kepala menunjukkan mata pada bulak kasutnya.

Aku ikut menunduk dibuatnya.
Aku tahu,
Jadi...kaliankah kembara kini?
Sunyi,
Jadi...kaliankah kelana nanti?
Sepi.
Jadi...kaliankah hitam putih perjalanan kini dan nanti?
Mereka tak menjawab hanya berdiri merapat.
Jawab mereka bersahutan...
kini dan nanti hanya beda bayangan
Ya...hanya hitam dan putih saja
Ya...hanya putih dan hitam saja
Ya...hanya bayangan saja
...Hitam putih putih hitam hitam putih...
Jadi siapakah kalian sebenarnya?
Sunyi sepi.
Mereka berbaris kini dan tak kulihat lagi hitam putihnya dan putih hitamnya.
Adku termangu keheranan...ada warna kini...
Kaliankah warna perjalanan kini dan nanti?
Tiada jawaban hanya sorot matanya hangat menggetarkan.
Semalaman aku berdebar menanti.
Semoga aku tengah bermimpi.
Sampai dentang lonceng jam kapal di pelabuhan berkumandang.
Tak ada suara jawab.
Aku mengeryit akan bertanya saat bibirku terbungkam cahaya.
Suaranya tiba-tiba bergitu benderang dan aku tercengang.
Aku tak melihat kapan ia melangkah mendekatiku.
Saat tiba-tiba aku telah ada lam rengkuhannya,
seketika aku bertanya mengapa...?

Ia melumat tanyaku dalam senyuman.
Seketika aku ingin berteriak kenapa...!
Ia mendekap taguku tanpa tatapan.
Seketika aku ingin membantah ada apa...?
Ia menghujamku dengan belati,
Di sini... ya... disini...tepat di ulu hati.
Dibuatnya aku tak bernafas.
Dan waktu pun seketika berhenti.
Aku menjadi mentari pagi.
Tanpa perih, tanpa pedih, ia beri aku warna tak hanya rembulan saja.
Semula tak aku tahu mengapa.
Semula tak aku mengerti kenapa
Semula tak aku pahami ada apa.
Kini semula tak penting lagi saat hitam putihnya beri warna cahaya.
Kau pernah bilang,
sedasa wangsa yang akan datang akan sangatah berbeda antara aku dan dirimu.
Benarkah?
Aku tersenyum.
Dan kau pun tersenyum.
Masih tak bisa bersuara.

 

Be Better Than Before Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates